I.
Kebutuhan Angkutan Masal Kota Metropolitan
Kota-kota metropolitan
di Indonesia umumnya merupakan pengabung kota-kota utama dengan kota satelitnya
sehingga menimbulkan pergerakan kendaraan baik orang maupun barang yang cukup
komplek. Pola pergerakan orang dan barang di kota metropolitan adalah :
-
Koleksi dan distribusi dari luar kawasan
Metropolitan : perjalanan dar dan ke bandara, pelabuhan, terminal ke dan dari
kota-kota sub-sub kawasan yang menjadi
tujuan.
-
Perjalanan komuter antara kota satelit dan kota
utama
-
Perjalanan antar kota satelit
-
Perjalanan antar sub kawasan (pusat jasa/CBD,
pusat pemukiman) kota utama
-
Perjalanan antar sub kawasan (pusat jasa/CBD,
pusat pemukiman, pusat industri) kota satelit
Untuk melayani
pergerakan yang dibutuhkan, talah dilakukan usaha-usaha untuk mengatasinya
antara lain :
1.
Akses ke simpul-simpul trenasportasi seperti bandara,
pelabuhan, terminal, stasiun diutamakan dilayani oleh : Bus Rapid Transit atau
BRT/Busway (akses tol) serta rencana membangun MRT berbasis rel, monorel antar
sub kawasan.
2.
Perjalanan komuter antara kota utama dan kota
satelit diutamakan dilayani oleh : komuter line berbasis rel dan BRT (Busway)
3.
Perjalanan antar kota satelit diutamakan
dilayani oleh : jalan tol Outer Ring
Road dengan BRT dan jalur rel dengan MRT
4.
Perjalanan antar sub kawasan kota utama
diutamakan dilayani oleh monorail dan shuttle bus
5.
Perjalanan antar sub kawasan kota satelit
diutamakan dilayani oleh : monorail dan shuttlebus
Tabel Layanan Angkutan Umum
No
|
Layanan
Transportasi
|
Tujuan Perjalanan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Taksi
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
2
|
Bus
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
3
|
BRT, Shuttle Bus, Bus Khusus
|
V
|
|
|
V
|
V
|
.4
|
KA (Commuter Line)
|
V
|
V
|
V
|
|
|
5
|
MRT berbasis rel
|
V
|
V
|
V
|
|
|
6.
|
Monorail
|
V
|
|
|
V
|
V
|
Sumber : Hasil Analisis
Untuk MRT dan Monorail
saat ini sedang pada tahap pengembangan, sehingga layanan yang saat ini ada
adalah baru : Taksi, Bus biasa, Bus khusus (Busway, shutle bus, Bus akses
Bandara), KA (Commuterline) untuk Jabodetabek. Sedangkan untuk kota-kota
lainnya, saat ini baru tahap pengembangan BRT (atau busway) yang tujuannya
mengkonsolidasi angkutan darat untuk lebih efisien dan terjadwal.
Perkembangan pembangunan
angkutan umum masal di kota-kota Metropolitan di Indonesia dapat diringkasi
sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel. Perkembangan
Layanan Angkutan Umum
No.
|
Kota Metropolitan
|
Taxi
|
Bus
|
Bus Khusus, BRT,
Shutte
|
KA
|
MRT
|
Monorail
|
1
|
Mebidang
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
??
|
2
|
Jabodetabek
|
V
|
V
|
V
|
V
|
O
|
O
|
3
|
Bandung Raya
|
V
|
V
|
|
|
|
O
|
4
|
Kertamantul
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
|
5
|
Kedungsepur
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
??
|
6
|
Grebangkertosusila
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
O
|
7
|
Sarbagita
|
V
|
V
|
|
|
|
O
|
8
|
Maminasata
|
V
|
V
|
V
|
|
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Hasil Analisis
Dari data diatas
terlihat hampir semua kota metropolitan sudah mengembangkan BRT, hanya ada
beberapa kota yang terhambat karena berbagai permasalahan seperti di Bandung
(konflik dengan angkutan kota) atau di Bali yang peminatnya masih minim.
Untuk MRT, baru Jakarta
yang akan mengembangkan untuk jalur Lebak Bulus – Dukuh Atas yang pengerjaannya
sudah dimulai sejak tahun 2013.
Untuk Monorail, hampir
semua Kota Metropolitan akan mengembangkan monorail, umumnya masih pada tahap
Feseability Study (Bandung, Surabaya, Makasar), atau masih pada tahap
perencanaan makro (sarbagita). Di Jakarta sudah mulai dibangun sejak lama
tetapi terbengkalai akibat krisis, dimana
saat ini akan dilanjutkan lagi.
II.
Kebutuhan Monorail di Kota-kota Metropolitan
Melihat banyak dari kota-kota metropolitan yang akan mengembangkan
monorail, maka kebutuhan akan sarana (rolling stock) monorail perlu
diperkirakan untuk dapat direncanakan baik penganggarannya maupun pengadaannya.
Perkiraan kasar mengenai kebutuhan monorail Kota-kota Metropolitan yang telah
dibahas dilakukan dengan mengacu kebutuhan kota-kota metropolitan yang sudah
memperhitungkan kebutuhannya (Surabaya) sebagai benchmark. Hasil perkiraan
kebutuhan ini hanya digunakan sebagai pertimbangan memberikan rekomendasi
kepada Kementerian BUMN dalam rangka mengembangkan industri Monorail dalam
negeri di PT, INKA dan PT. LEN serta perusahaan-perusahaan dalam negeri
lainnya.
Tabel. Perkiraan Kebutuhan Monorai di Kota Metropolitan
No.
|
Kota
|
Penduduk
|
Luas
|
Perkiraan
Panjang Lintasan
|
Perkiraan
Kebutuhan Headaway
|
Perkiraan
Jumlah Unit (Modul)
|
1.
|
Mebidang
|
5.189.241
|
2.719
|
23
|
10
|
23
|
2.
|
Jabodetabek
|
27.936.112
|
7.506,92
|
63
|
10
|
123
|
3.
|
Bandung
Raya
|
7.624.877
|
3.271
|
28
|
10
|
33
|
4.
|
Kertamantul
|
2.393.240
|
1.114
|
9
|
10
|
11
|
5.
|
Kedungsepur
|
5.921.631
|
14.249
|
120
|
10
|
26
|
6.
|
Grebang-kertosusila
|
9.115.485
|
5.926
|
50
|
10
|
40
|
7.
|
Sarbagita
|
2.219.656
|
1.752
|
15
|
10
|
10
|
8
|
Maminasata
|
2.580.209
|
4.245
|
36
|
10
|
11
|
Jumlah
|
62.980.451
|
40.782
|
276
|
Hasil: Hasil Analisis Bencmarking dengan Surabaya
Dari hasil perhitungan diatas terlihat adanya kebutuhan monorail 276 unit
untuk kota-kota metropolitan di Inddonesia, dimana jumlah ini akan terus
bertambah seiring banyaknya kota-kota lain yang juga akan mengembangkan
monorail diluar 8 kota metropolitan tersebut.