Catatan :
Tulisan ini dari teman saya Anak Agung Gde Karang (Pieter Karang), katanya boleh di share.
Penerapan komersial secara besar-besaran akan teknologi sel surya
memberikan peluang semakin cepat berkembangnya industri sel surya yang
terjangkau bagi masyarakat. Teknologi sel surya lapisan tipis yang lentur
(seperti yang terlihat pada gambar dapat melekat pada tenda) memungkinkan
diterapkannya pada kulit luar bangunan, yang secara akumulatif memberi luasan
yang besar untuk menampung terpaan sinar surya dan dengan demikian memiliki
kapasitas yang sangat besar untuk dikonversikan menjadi tenaga listrik. Di masa
mendatang bangunan2 besar dan tinggi dapat menjadi penyuplai energi listrik
yang diberikan kepada jaringan listrik.
Salah satu hasil perkembangan teknologi nano: Robotic Mosquitos. Kegunaannya adalah untuk menghisap darah manusia
untuk diperiksa di laboratorium.
Darah yang telah dihisap dapat ditumpahkan ke mikroskop atau ke
reagens lab untuk penyidikan.
Tulisan ini dari teman saya Anak Agung Gde Karang (Pieter Karang), katanya boleh di share.
Posisi Strategis Bali sebagai
penghubung dunia Atlantik dan dunia Lautan Teduh
Beberapa
abad lalu (1819), Sir
Thomas Stamford Bingley Raffles mendirikan Singapura yang sekarang menjadi hub
untuk aktivitas jasa niaga penting dunia. Posisi strategis ini dapat
dimanfaatkan Singapura dengan baik dengan menawarkan jasa yang sulit ditandingi
oleh kawasan lain di Asia Tenggara. Namun bukan berarti Singapura tetap tidak
terkalahkan untuk tetap berada pada posisi puncak sebagai hub di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya dan Asia Pasifik atau dunia pada umumnya.
Di masa mendatang, akan ada hanya beberapa hub sea
port dunia sebagai pelabuhan transit antar benua yang melayani bongkar muat
dalam jumlah yang besar, untuk didistribusikan ke pelabuhan-pelabuhan
kawasan-kawasan lain (sebagai sub hub) yang mana melayani bongkar muat untuk
didistribusikan ke pelabuhan-pelabuhan negara-negara di sekitarnya (pelabuhan
utama negara).
Besaran kemampuan pelabuhan untuk melayani bongkar
muat ini diistilahkan dengan twenty-foot
equivalent unit (TEU), adalah merupakan perkiraan besaran unit dari
kapasitas kargo yang sering digunakan untuk menggambarkan kapasitas kapal
kontainer dan terminal kontainer. Pelabuhan terbesar dunia masa kini menurut data tahun 2011
adalah Shanghai dengan kemampuan menangani 30 juta TEU, yang kemudian diikuti oleh
Singapura dengan tertinggal hanya setengah juta TEU di belakang Shanghai.
Untuk dapat menangani kapasitas TEU yang lebih besar lagi di masa
mendatang, maka letak geografis pelabuhan sangat menentukan. Singapura baru
saja dilampaui oleh Shanghai pada tahun 2010, dan masih akan tertinggal jauh
lagi di masa mendatang karena letak geografisnya yang tidak memungkinkan ia
menjadi lebih besar lagi. Pertama karena pulaunya sendiri yang kecil, kedua
jalan atau alur laut menuju pulau itu yang sudah sempit untuk ukuran
kapal-kapal container masa mendatang, yang akan macet di jalan sempit Selat
Malaka mengantri untuk menunggu giliran bongkar muat mereka.
Ancaman terdekat untuk menggeser posisi Singapura datang dari
Thailand. Thailand mempunyai peluang untuk membuat pelabuhan hub antar benua
karena memiliki ruang terbuka menghadap lautan Hindia, di mana dapat dicarikan
tempatnya yang dapat disinggahi kapal-kapal berstruktur sangat besar yang tidak
terhalang dengan alur laut yang sempit. Suatu tempat di tepi Lautan Hindia dari
pantai Thailand dapat menangkap peluang memberi jasa bongkar muat cepat dengan
mendirikan pelabuhan besar dengan kapasitas TEU yang tidak dibatasi
perkembangannya seperti letak Singapura yang terhimpit di jalur Selat Malaka.
Pelabuhan ini dapat menjadi hub yang menghubungkan benua Eropa, Afrika,
Australia, dan Asia-Pasifik termasuk benua Amerika dari sisi Lautan Teduh.
Filipina masih belum terdengar ambisisnya mungkin karena ada permasalahan dalam
negerinya.
Bagaimana dengan Indonesia? Fakta menunjukkan bahwa 40% arus
barang perniagaan dunia melintasi alur laut kepulauan Indonesia (ALKI). ALKI
adalah jalan bebas hambatan bagi kapal-kapal ukuran super besar di masa
mendatang. Ada banyak tempat yang memiliki peluang besar untuk dijadikan hub
antar benua. Secara geografis, Sumba dan Morotai mempunyai hal itu. Sumba dapat
menjadi hub penghubung ke Eropa dan Morotai ke Asia Pasifik. Namun disini kita
konsentrasikan dahulu segala kekuatan kemampuan kita untuk membangun Pulau Bali,
yang terletak di tepi Samudera Hindia, yang dapat menjadi penghubung dunia
Atlantik (Eropa, Afrika), dunia Indik (Timur Tengah, Asia Selatan, Australia) dan
dunia Lautan Teduh atau Pasifik (Asia Timur Raya dan benua Amerika) atau kita
namakan sebagai hub antar benua dunia, jika kita tidak ingin berdiam diri dan
membiarkan Thailand yang menangkap peluang ini.
Mengapa kita menginginkan posisi hub itu?
Posisi Hub sebagai Lokomotif
Pertumbuhan Ekonomi Nusantara
Di atas kita telah melihat bahwa Singapura telah berkembang
menjadi hub aktivitas jasa niaga penting di dunia. Pada tahun 2011 Singapura
telah mencapai Gross Domestic Product
sebesar 326,8 milyar US Dollar, Per Capita Gross Domestic Product 63.050 US Dollar (Singapore Ministry of
Trade and Industry). Kualitas hidup setara dengan Eropa Utara. Semua ini dapat
dicapai dengan pengelolaan yang sangat baik akan potensi posisi strategis hub
dunia. Singapura tidak memiliki sumberdaya alam, keindahan alam, suatu nilai
budaya yang dianggap sebagai daya tarik wisata, dan lain-lain yang given tanpa adanya campur tangan
manusia. Yang sangat menentukan sehingga Singapura mencapai prestasi di atas
adalah semata dengan memanfaatkan dan mengelola peluang posisi strategis sebaik
mungkin, sehingga menciptakan nilai-nilai yang sangat berharga dalam ekonomi.
Sepertinya setiap negara di masa mendatang jika ingin memenangkan
kompetisi di dunia tantangannyanya adalah menciptakan iklim berbisnis yang kondusif dengan menjamin
kepastian hukum serta menjadi fasilitator yang baik. Hal ini menjadi dasar
untuk menjadikan tempat atau kawasan yang dikelola negara itu menjadi menarik
bagi investor dunia. Sebagai fasilitator yang baik berarti negara mempunyai
misi untuk menyejahterakan warganya, dengan mengatur kegiatan bisnis di negara
itu yang fair demi kelangsungan pertumbuhan yang merata bagi semua pihak.
Indonesia memerlukan suatu kawasan yang berhasil dikelola dengan baik
berdasarkan bisnis, bukan berdasarkan eksploitasi sumberdaya alam. Contoh baik
dari Singapura dan Korea Selatan harus diambil. Semoga keberhasilan Bali dapat
ditiru oleh semua kawasan yang ada di Indonesia. Kita memulai dengan Bali
karena Bali sudah memiliki sumber daya manusia yang cukup siap untuk menghadapi
era globalisasi dan masyarakatnya lebih siap untuk lebih cepat beradaptasi
dengan kemajuan global seperti Singapura, apabila Singapura menyediakan dirinya
untuk memindahkan bisnis jasanya ke pulau Bali. Bali relatif aman dan lebih
dapat beradaptasi dengan trend dunia tanpa kehilangan identitasnya, berbeda
dengan kawasan-kawasan konsentrasi penduduk lain di Indonesia.
Melihat contoh-contoh negara lain seperti Singapura misalnya,
dapat diamati bahwa melalui pertumbuhan bisnisnya yang baik, maka negara itu
mulai meningkatkan dirinya menjadi negara industri jasa yang ramah lingkungan,
dengan memilih segmen industri canggih. Trend yang terlihat pada negara-negara
maju adalah dengan apa yang disebut ‘teknologi hijau’, maksudnya penerapan
teknologi terkini yang dapat merestorasi kerusakan alam oleh karena kesalahan
kegiatan perindustrian masa lalu, setelah itu melestarikan keseimbangan
ekologi. Oleh karena itulah maka dalam misi kami hendaknya Bali dikembangkan
sebagai kawasan khusus teknologi tinggi.
Infrastruktur, infrastruktur, dan
infrastruktur
Untuk dapat mencapai tujuan yang tertulis di atas, maka tidak
dapat ditawar-tawar lagi adalah pembangunan infrastruktur yang dapat memenuhi
tuntutan jauh kedepan, kalau perlu 100 tahun mendatang. Frame perencanaan tata ruang sudah harus dirancang untuk kebutuhan
ini, sehingga tahapan pembangunan dilakukan mengikuti ruang yang harus diisi di
dalam frame yang sudah dirancang dengan cermat, tidak ada lagi pembangunan atau
pengembangan yang tambal sulam.
Pelabuhan Hub Antar Benua, Laut dan
Udara
Infrastruktur utama dan yang pertama harus dibangun adalah
pelabuhan laut dan udara yang terpadu, berskala internasional dan match antarmukanya dengan
pelabuhan-pelabuhan hub dunia. Sebagai contoh, pelabuhan ini harus cocok dapat
melayani bongkar muat kapal sekelas Seawise Giant (564,650 DWT) untuk kapal tanker, dan
sekelas Emma Mærsk (158,200 DWT) untuk kapal peti kemas,
demikian juga kapal induk sekelas Nimitz (overall length 333 m, full-load
displacements 100,000 long tons). Kemungkinan juga harus
sudah dirancang kapasitas pelabuhan yang mampu melayani bongkar muat bagi
kapal-kapal yang lebih besar lagi, memenuhi kebutuhan di masa mendatang,
sehingga link and match hub antar
benua di dunia seperti Shanghai di Asia dan hub-hub lain di benua Amerika dan
benua Eropa.
Melengkapi
kebutuhan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh pelabuhan modern, maka Bali
sebagai Pulau penyedia jasa sudah harus dirancang pula untuk memiliki drydock
yang mampu memberikan layanan jasa
perawatan kapal-kapal sekelas tersebut di atas.
Terintegrasi dengan pelabuhan laut ini adalah
pelabuhan udara internasional yang juga match
dengan tuntutan layanannya di masa mendatang, sebagai contoh: dapat melayani
pesawat udara sekelas Antonov An-225 Mriya
(Payload: 250,000 kg, Cargo Volume:
1,300 m3 ) untuk cargo, dan sekelas Airbus A380 ( over 800 passengers) untuk pesawat
penumpang.
Sejalan sebagaimana fasilitas pelengkapnya, harus
ada pula Aircraft Maintenance Facility
kelas dunia yang FAA and EASA
approved, sehingga semua maskapai penerbangan dunia khususnya trans
pacific akan mempercayakan perawatan pesawat-pesawat mereka di Bali Aircraft Maintenance Facility
ini. Itulah pilar-pilar utama layanan jasa Pulau Bali di masa mendatang, yaitu international logistic services.
Jalan Raya dan Rel sebagai urat nadi ekonomi, Kasawan-kawasan sebagai
organ-organ pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur penting setelah pelabuhan adalah
jalan-jalan penghubung kelas satu, jaringan kereta api yang modern untuk dapat
memindahkan macam-macam muatan secara cepat, aman, efisien dan ekonomis. Jalan
kendaraan beroda maupun rel untuk kereta adalah urat nadi ekonomi yang harus
dijamin kelancaran dan keamanannya, dimana disepanjang jalur urat nadi ini tidak boleh dibiarkan
bertumbuhnya kanker penghambat kelancaran transportasi baik orang maupun
barang, seperti bangunan-bangunan dan kegiatan-kegiatan ekomi yang liar
(pedagang kaki lima, tambal ban, kiosk-kiosk, pertokoan, dsb.). Semua bentuk kegiatan ekonomi maupun
pemukiman ditempatkan pada tempat yang sudah diatur dalam tata-ruang yang baik,
demi pertumbuhan ekonomi yang lancar dan berkesinambungan.
Jalan raya untuk kendaraan beroda haruslah yang
kelas satu, multi lajur, mampu menopang transportasi muatan besar dan berat,
bebas hambatan karena sudah adanya tata ruang yang baik sebagaimana yang
disebutkan di atas. Jalan-jalan raya di Pulau Bali dirancang sedemikian rupa,
sehingga tidak ada persimpangan yang sebidang. Persimpangan dikonstruksikan
semacam simpang semanggi, namun lebih lebar dan mampu melayani kecepatan
tinggi. Tidak ada persimpangan sebidang antar moda angkutan (kereta api dan
kendaraan beroda). Semua bangunan untuk segala macam bentuk kegiatan ekonomi
harus berjarak 20 meter dari tepi jalan. Setiap jalan dilengkapi dengan lajur
untuk sepeda dan pejalan kaki, dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.
Transportasi manusia di Pulau Bali harus menganut
filosofi: bagaimana caranya menyediakan fasilitas yang aman dan nyaman bagi
semua warga dari tempat pemukimannya ke segala tempat tujuan dan sebaliknya.
Sehingga setiap warga Bali merasa bahwa kebutuhan akan kendaraan pribadi adalah
bukan kebutuhan utama. Pemerintah kawasan khusus teknologi tinggi Pulau Bali
harus dapat menyediakan fasilitas transportasi umum yang canggih mengikuti
perkembangan masyarakat informasi di masa mendatang.
Akses masuk ke gerbong transportasi massal bawah
tanah seperti memasuki lift pada gedung bertingkat, menjamin keamanan penumpang
agar tidak tertabrak kereta yang lewat atau menghindari mereka yang ingin
melakukan bunuh diri dengan terjun ke lintasan kereta.
Persimpangan yang tidak sebidang untuk menjamin
bebas hambatan pada kecepatan tinggi
Klaster teknologi Tinggi
Di atas telah dijelaskan, bahwa mutlak adanya urat nadi ekonomi,
yaitu infrastruktur penghubung organ-organ produksi ekonomi, seperti
jalan-jalan raya kelas satu, rel-rel kereta antar kota maupun dalam kota
seperti subway atau jenis angkutan
massal lainnya, demikian juga untuk angkutan logistik, baik ringan maupun
berat. Ini semua dibutuhkan untuk menghubungkan organ-organ produktif ekonomi,
yang termasuk klaster teknologi tinggi, sebagaimana misi dari apa yang ingin
kami namakan Tim BP3 (Badan Perencana Pembangunan dan Pengembangan) Bali yang
mana hendak mengembangkan Bali sebagai kawasan khusus teknologi tinggi, bukan
kawasan khusus produktif konvensional yang dibangun pada kawasan-kawasan lain
di Indonesia. Penempatan kawasan ini hendaknya di atas lahan pulau Bali yang
bukan lahan produksi pertanian.
Konsentrasi kami untuk teknologi tinggi di sini adalah energi baru
dan terbarukan, demikian juga material baru, material daur ulang, yang mana
mendukung program kelestarian lingkungan hidup. Misinya adalah untuk
menghantarkan kita pada kualitas hidup yang lebih baik melalui teknologi
tinggi.
Teknologi Nano
Ilmu bahan atau material adalah kunci dari teknologi tinggi yang
dikejar, dimana kemampuan menciptakan material-material baru yang tidak
terbayangkan sebelumnya dapat terjadi, guna menyolusikan masalah-masalah yang
tidak dapat dipecahkan sebelumnya, baik itu di dalam ilmu kesehatan, energy,
komunikasi dan lain sebagainya.
Dunia teknologi masa kini berada dalam perlombaan mengejar
penemuan-penemuan bahan-bahan baru, yang dapat dilakukan setelah adanya
penguasaan ilmu di bidang teknologi
nano. Yang dimaksud adalah tidak lain dari kemampuan manusia kini untuk
menguraikan materi sampai pada tingkat besaran nano, yaitu sepersemiliar meter
atau 1 x 10-9 (satu kali sepuluh pangkat minus Sembilan) meter.
Sedemikian kecilnya uraian itu, lalu setelah penguraiannya, kini manusia dapat
mengonstruksi struktur baru yang secara alaminya belum ada. Jadi perekayasaan
struktur-struktur baru guna menyolusikan masalah-masalah yang sebelumnya tidak
dapat dipecahkan seperti membuat lapisan tipis (thin film) di mana di dalamnya atau pada lapisannya itu tertanam
struktur sel-sel pengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Melalui
teknologi nano juga diharapkan dapat ditemukannya material baru untuk
konservasi energi yang lebih handal baik dalam kapasitas yang besar maupun
waktu penyimpanan yang lebih lama, namun dengan bobot struktur yang lebih
ringan. Bayangkanlah terapannya seperti ini: semua permukaan luar
gedung-gedung, baik yang kecil maupun besar sampai pada kelas pencakar langit
adalah sumber energi, karena dilapisi lapisan tipis pengubah energi ini, lalu
disimpan dalam penyimpan energi yang handal tersebut di atas, sehingga energi
surya yang tadinya begitu melimpah terbuang percuma dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Demikian pula dapat diterapkan pada kendaraan pengangkut
seperti kendaraan pribadi, yang mana permukaan luarnya, baik kaca jendela, kaca
depan dan belakang, sampai seluruh bodi kendaraan tersebut adalah sumber energi
karena telah dibalut oleh lapisan tipis tadi. Kemudian energi ini disimpan
dalam penyimpan energi yang dikonstruksikan dapat mengikuti lekukan-lekukan
tubuh bodi kendaraan, sehingga menjaga keseimbangan bobot kendaraan, dengan
demikian menjadi lebih safety, suatu
solusi masalah energi bagi transportasi yang ramah lingkungan.
Banyak lagi terapan-terapan lainnya dari hasil perkembangan
teknologi nano ini, seperti membuat mesin-mesin kecil pemakan kanker, yang
dapat membedakan mana sel kanker yang harus mereka hancurkan dan mana sel-sel
tubuh manusia yang harus mereka abaikan. Mesin-mesin kecil ini dapat dimasukkan
ke dalam peredaran darah di tubuh manusia melalui suntikan.
Demikianlah kiranya bayangan masa depan klaster teknologi tinggi
di Bali dapat terwujud karena kawasan yang dibuat begitu atraktif bagi
lembaga-lembaga riset dan pengembangan kelas dunia yang mau melakukan aktivitas
mereka di pulau Bali.
Semua itu dapat terwujud jika ada otoritas yang dapat menciptakan iklim
yang kondusif melalui kebijakan-kebijakan yang akan menarik banyak pelaku
ekonomi dunia, yang dengan senang hati bermukim dan berproduktivitas di kawasan
khusus ini, karena adanya jaminan dari otorita tersebut.
Amlapur,
25 Des 2011 A.A.G.
Peter Karang