Minggu, 15 Agustus 2010

Perjalanan ke Jailolo Maluku Utara

Sri Handoyo Mukti
Sepulang seminar RDP di Bali tanggal 2 Agustus 2010, besoknya tanggal 3 Agustus langsung surveu ke Jailolo, Maluku Utara. Perjalanan ke Jailolo harus melalui Bandara Sultan Baabulah Ternate. Pesawat yang saya gunakan adalah Lion Air, berangkat dari Jakarta sekitar jam 5 pagi, setelah transit di Manado, kami pindah ke Wing Air, anehnya di Manado kami harus bayar airporttax lagi (??). Tiba di Ternate sekitar jam 11.30 waktu setempat. Setiba di bandara, rupanya bandara sudah di sterilkan karena SBY akan mendarat sekitar jam 15.00 seusai acara puncak Sail Banda 2010 di Ambon. Untungnya, sopir taksi yang jemput dapat masuk ke bandara dan menjemput saya. Saya gabung dengan teman-teman (Miaji, Doni dan Lutfi)yang ada di BMG dekat bandara. Kami makan siang di rumah makan Florida dengan pemandangan ke gunung Tolitara. Pemandangan ini yang diabadikan dalam uang Rp. 1000 rupiah. Setelah itu kami menuju hotel. Rupanya karena ada kedatangan SBY, semua hotel penuh sehingga kami memperoleh hotel yang agak kurang sehat sirkulasi udaranya. Saya berusaha mencari hotel lain dan ternyata ada di hotel Corner, hotel favorit saya setelah Hotel Amara.

Tanggal 4 esok harinya, kami menjemput teman kami lainnya (Dadang dan Suryatna) sehingga kami ber 6 : saya, miaji doni, Lutfi, Dadang dan Suryatna langsung menuju pelabuhan speed Dufa-dufa untuk melanjutkan perjalanan air ke Jailolo. Perjalanan yang hanya memakan waktu sekitar 1 jam kami lalui dengan lancar gelombang sangat tenang dipagi hari. Setiba di Jailolo, kami melapor ke Kanpel Jailolo dan melaksanakan survey ke Dishub dan Bappeda. Tim survey laut (Dadang dan Suryatna) bermalam di Jailolo, sedangkan kami ber empat sorenya kembali ke Ternate.

Tanggal 5 Lutfi kembali ke Jakarta sedangkan kami bertiga kembali ke Jailolo untuk survey ke Pelabuhan Matui yang merupakan pengembangan Pelabuhan Jailolo karena lokasi pelabuhan jailolo sudah sangat terbatas untuk pengembangan. Kami menggunakan kapal milik kanpel Jailolo dan membawa peralatan sounder. Teluk Jailolo rupanya cukup dalam ditengahnya (sekitar 100 meteran) sedangkan ditepi teluk ada daerah yang dalam, ada yang ditutupi terumbu karang dan ada yang ditumbuhi mangrove. Disekitar pelabuhan Jailolo kami menemukan baik Mangrove maupun terumbu karang sehingga lokasi ini memang sulit untuk dikembangkan, apalagi Kanpel tidak memiliki lahan di darat, yang dimiliki hanya lahan di laut hasil reklamasi. Sedangkan di Matui, Kanpel telah membebaskan lahan di darat sekitar 16 ha dan telah membangun pelabuhan dengan mereklamasi di sisi laut. Selesai kami survey dan mengambil gambar, kami kembali ke Pelabuhan Jailolo. Kami masih menunggu Pak Kakanpel untuk kembali ke Ternate, ternyata Pak Kakanpel masih di Tidore dalam rangka Pilkada dan baru kembali malam sehingga kami langsung kembali ke Ternate untuk bertemu dengan Pak Kakanpel di Ternate. Setibanya di Ternate, kami istirahat kemudian kami makan malam setelah menemui Pak Kakanpel.

Di hotel, kami menjumpai banyak turis asing yang habis diving disekitar kabupaten Halmahera Selatan. Hal ini bagi saya sangat menggembirakan dan citra Maluku Utara sudah pulih di mata wisatawan mancanegara pasca konflik yang berkepanjangan tahun 2000an Saya berharap kondisi seperti ini terus terjaga sehingga dalam bayangan saya Maluku Utara yang sangat unggul dalam wisata bahari dan kaya bahan tambang ini dapat melesat maju sejajar dengan wilayah lain di Indonesia

Hari Jum'at tanggal 6 Agustus 2010 kami kembali ke Jakarta naik Batavia yang memiliki jalur penerbangan langsung dari Ternate - Jakarta tanpa transit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar