(Sumber : BPPT dan BPN-RI)
Hasil pengukuran penentuan posisi yang teliti berbasiskan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) dapat dilakukan dengan metoda differential karena mampu mengeliminasi beberapa komponen kesalahan (komponen waktu dan sebagian komponen atmosfir) yang muncul dalam pengukuran. metoda ini membutuhkan satu atau lebih titik referensi (base station/reference station) sehingga penentuan posisi obyek dilakukan dengan pengolahan jarak (baseline) ke titik referensi tersebut. Perkembangan pengetahuan tentang pengolahan data dan kemampuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi data memungkinkan pengolahan data dari beberapa titik referensi secara simultan sehingga poisi yang dihasilkan lebih teliti. Koreksi terhadap kesalahan pengamatan dilakukan melalui pengolahan data, baik dengan pengolahan data pasca-pengamatan (post-processing) maupun secara seketika (real-time).
Hasil pengukuran penentuan posisi yang teliti berbasiskan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) dapat dilakukan dengan metoda differential karena mampu mengeliminasi beberapa komponen kesalahan (komponen waktu dan sebagian komponen atmosfir) yang muncul dalam pengukuran. metoda ini membutuhkan satu atau lebih titik referensi (base station/reference station) sehingga penentuan posisi obyek dilakukan dengan pengolahan jarak (baseline) ke titik referensi tersebut. Perkembangan pengetahuan tentang pengolahan data dan kemampuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi data memungkinkan pengolahan data dari beberapa titik referensi secara simultan sehingga poisi yang dihasilkan lebih teliti. Koreksi terhadap kesalahan pengamatan dilakukan melalui pengolahan data, baik dengan pengolahan data pasca-pengamatan (post-processing) maupun secara seketika (real-time).
Gambar 1. Konfigurasi CORS (Sumber Leica)
Kumpulan titik referensi yang dilengkapi alat penerima sinyal satelit (receiver) yang beroperasi secara terus menerus dikenal dengan nama Continuously Operating Reference Stations (CORS), yang salah satu aplikasinya adalah untuk pengukuran dan pemetaan kadastral atau juga dikenal dengan nama Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP).
Untuk mengetahui sejauh mana teknologi tersebut memberikan dampak terhadap kegiatan pelayanan pengukuran dan pemetaan kadastral, maka perlu diadakan kegiatan kajian dampak teknologi CORS/JRSP di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI). Kegiatan kajian ini telah mulai dilaksanakan bersama-sama oleh tim gabungan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BPN-RI sebagai langkah awal untuk menerapkan teknologi ini di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Secara umum, melihat ketelitian penentuan posisi yang cukup tinggi, kemudahan dan kecepatan penggunaannya serta jangkauan jarak antar stasion referensi yang cukup jauh, pada dasarnya teknologi CORS/JRSP yang ada di BPN-RI dapat mendukung tugas dan fungsi pengukuran dan pemetaan kadastral. Teknologi ini sudah selayaknya dipertimbangkan untuk secara resmi diterapkan mengingat sudah semakin mendesaknya tantangan yang dihadapi BPN-RI. Namun demikian, berdasarkan temuan yang diperoleh pada saat mengkaji dampak teknologi tersebut di lapangan, maka di masa yang akan datang pengkajian dampak teknologi dan pengembangan aplikasi teknologinya perlu dilakukan dengan lebih terencana dan seksama, sehingga dapat lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi risikonya.
Di samping itu, mengingat masih banyaknya permasalahan dan kendala infrastruktur teknologi CORS/JRSP, yang didominasi oleh teknologi Informasi dan Komunikasi Data, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama perlu adanya perbaikan dan tindakan yang menyeluruh untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Beberapa permasalahan dan kendala mendasar yang ditemui di lapangan tersebut harus sudah dapat dituntaskan sebelum teknologi ini secara resmi mulai diterapkan oleh BPN-RI untuk menghadapi tantangan dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan kadastral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar