Minggu, 19 Desember 2010

BPPT Koreksi Posisi Titik Nol Garis Khatulistiwa

(Sumber : Kapanlagi.com)

Rabu, 23 Maret 2005 22:07

Kapanlagi.com - Perhelatan peristiwa Titik Kulminasi Matahari (TKM) 23 Maret 2005 di Tugu Khatulistiwa, Kota Pontianak meriah atraksi beragam seni budaya etnik dan ditandai perpindahan patok TKM dan garis Khatulistiwa ke lokasi baru berdasarkan koreksian tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Walikota Pontianak Buchary Abdurrachman di hadapan muspida kota dan provinsi serta ratusan pelajar sekolah dasar dan menengah pertama, mengumumkan pengubahan titik patok berdasarkan perhitungan ilmuwan itu, sambil mengharapkan kelak ada investor yang mengembangkan Tugu Khatulistiwa sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia.

Berpakaian adat Teluk Belanga Melayu Pontianak, ia mengajak hadirin menyaksikan TKM yang terjadi pukul 11.49 WIB di patok baru yang disarankan tim BPPT dan sementara ini terbuat dari tiang PVC berfondasi beton di lapangan rumput yang di kiri-kanannya rimbun pepohonan hutan, beberapa tindak ke tepi Sungai Kapuas.

Tim BPPT dari Jakarta, selama sepekan sampai 23 Maret berada di Pontianak untuk menghitung posisi sebenarnya Tugu Khatulistiwa; posisi sesungguhnya dari garis 0 derajat 0 menit dan 0 detik lintang Khatulistiwa (Ekuator); serta, posisi sebenarnya dari 0 derajat 0 menit dan 0 detik lintang (utara/selatan) serta 109 derajat 20 menit dan 0 detik bujur timur yang masih tertera dalam tugu peninggalan tahun 1928 itu.

Untuk menentukan lokasi di garis Khatulistiwa di Kota Pontianak, tim BPPT menggunakan gabungan metoda terestrial dan ekstraterestrial yaitu "global positioning system" (GPS) dan "stake-out", kata Agustan, salah seorang dari anggota tim tsb Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan dua buah titik ikat dengan GPS di sekitar tugu, kemudian dilanjutkan dengan "post-processed". Data hasil pengukuran GPS diikatkan ke titik GPS internasional di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Cibinong, Jawa Barat) dan Universitas Teknologi Nanyang, Singapura.

Setelah kedua titik diikat, dihitung komponen sudut dan jarak untuk menentukan posisi tepat terletak di lintang 0 derajat (Khatulistiwa). Kemudian, kedua besaran dicari di lapangan dengan alat "total station".

Hasil pengukuran oleh tim BPPT, kata Agustan, menunjukkan, posisi tepat Tugu Khatulistiwa saat ini di 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara; dan, 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur.

Ia mengatakan, posisi 0 derajat, 0 menit dan 0 detik ternyata melewati taman atau tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari tugu. Di tempat itulah kini dibangun patok baru yang masih terbuat dari pipa PVC dan belahan garis barat-timur ditandai dengan tali rafia.

Mengenai posisi yang tertera dalam tugu (0 derajat, 0 menit dan 0 detik lintang, 109 derajat 20 menit, 0 detik bujur timur), berdasarkan hasil pelacakan tim BPPT, titik itu terletak 1,2 km dari Tugu Khatulistiwa, tepatnya di belakang sebuah rumah di Jl Sungai Selamat, kelurahan Siantan Hilir.

Agustan yang meneliti bersama Alkadri, Sri Handoyo Mukti dan Suryanto, mengemukakan, keakuratan posisi, tergantung pada perkembangan peralatan dan temuan teknologi terkini.

"Mungkin di masa depan ketelitian pengukuran posisi di permukaan Bumi dapat mencapai satuan mili," kata Agustan.

Tim BPPT mengharapkan perkembangan pengukuran posisi itu didokumentasikan agar menjadi pembelajaran bagi generasi berikut untuk terus memperbaiki kinerja dan menggali potensi di sekitar Tugu Khatulistiwa.

Semarak Detik-detik benar-benar tanpa bayangan di sekitar Tugu Khatulistiwa hari itu dihadiri beberapa turis dari Jepang (yang Rabu ini libur nasional pergantian musim dingin ke musim semi) dan Swedia, serta finalis Pemilihan Putri Pariwisata Kalbar-Badan Pimpinan Masyarakat Pariwisata Indonesia Kalbar.

Beberapa jam sebelum tengah hari, disaksikan Ketua Umum PB Pelti Martina Wijaya yang hadir ke Pontianak berkaitan dengan Turnamen Tenis Piala Khatulistiwa 2005, tampil puluhan penari cilik berbusana beberapa etnik, Grup Qasidah Asyifa, atraksi barongsai melompati tonggak-tonggak (Yayasan Budi Agung).

Kemegahan perhelatan itu dirangkai dengan parade adat pengantin Dayak, Melayu, Tionghoa, Madura, Jawa, dan Padang serta pementasan teaterikal Musik Ketuk (Bandung) yang diusung Sanggar Tari Kijang Berantai, penyelenggara "Kijang Berantai Art Festival", 23-26 Maret.

Pada penutupan acara, atraksi burung hong dan naga Sanggar Mandala (Suhu Ong) melenggang lenggok di pelataran tugu, dan grup barongsai Budi Pekerti menambah pementasan ekstra yang ditandai beberapa kali seorang pemainnya terjatuh dari tonggakr tanpa cedera hingga akhirnya berhasil ke tonggak terujung. (*/lpk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar