Selasa, 09 Maret 2010

Perjalanan ke Gorontalo, 2007

Kami dari BPPT, sebenarnya merencanakan perjalanan dinas ke Propinsi Jambi, Kalimantan Selatan dan Gorontalo pada tahun 2006, tetapi karena kesibukan kami semua untuk ke Gorontalo baru dapat dilaksanakan tahun 2007.

Kami berangkat ber 6 yaitu :
Pak Hasan/HMD (direktur kami)
Saya sendiri, SHM (kabid)
Yanto Sugiharto/YS
Susalit/SS
Ermawan/ER
Miaji/MJ

Pesawat rencananya takeoff dari Sukarno Hatta, terminal 1A pada pukul 05.30, sehingga kami telah sampai di Bandara pagi-pagi sekali. YS, SS, ER dan MJ telah ada di bandara pada pukul 4 pagi, ternyata walaupun sudah banyak penumpang yang menunggu, pintu gerbang masih ditutup. Pintu gerbang ke terminal 1A baru dibuka pukul 4.30, dimana tidak lama setelah itu saya tiba di bandara. Pak HMD tiba kira-kira pada waktu yang sama tapi menunggu diluar. Setelah antri yang cukup panjang untuk check in akhirnya kami selesai juga dan saya menghubungi pak HMD untuk masuk ke dalam bandara. Di bandara, beberapa teman langsung ke kantin membungkus makanan untuk dimakan di pesawat (kami menggunakan Lion Air, yang tidak menyediakan makanan di pesawat). Pesawat ternyata mengalami delay selama 30 menit sehingga kami baru bisa boarding pada puluk 6 pagi. Pesawat berangkat kira-kira pada pukul 6.30 dan transit di Makasar sekitar 30 menit sehingga kami tiba di Gorontalo sekitar pukul 11.30 siang (WITA, 1 jam lebih cepat dari Jakarta). Setelah cukup lama menunggu bagasi (30 menit) akhirnya kami berhasil keluar dari bandara.

Kami kebetulan dijemput oleh pemda Gorontalo (Dinas Pertambangan dan Energi) serta dari PLN. Diluar dugaan kami semua, ternyata jarak dari bandara ke kota Gorontalo cukup jauh, sekitar 40 km sehingga kami membutuhkan waktu sekitar 30 menit ke Kota Gorontalo. Sesampai di Kota Gorontalo, kami singgah dulu makan siang di RM Borobudur. Dari RM, kami check in di Hotel Citra tidak jauh dari RM. Setelah itu kami langsung ke Bappeda Propoinsi Gorontalo. Kantor Bappeda ternyata menyatu dengan Kantor Gubernur Propinsi Gorontalo yang terletak diatas bukit. Rencananya diatas bukit ini akan dibangun perkantoran propinsi yang baru.

Propinsi Gorontalo, baru dibentuk sebagai propinsi sendiri tahun 2001 dan rencananya pada tanggal 16 Peb ini merayakan ulang tahunnya yang ke 6. Gubuernur pertama Fadel Muhamad, ternyata terpilih kembali sebagai gubernur melalui pemilihan secara langsung oleh rakyat. Sebelum propinsi Gorontalo menjadi propinsi tersendiri, wilayah ini menjadi bagian dari Propinsi Sulawesi Utara, dan merupakan daerah terisolir. Sejak menjadi propinsi tersendiri, akses ke wilayah ini cukup baik, terutama penerbangan dari Jakarta. Propinsi yang mengunggulkan jagung sebagai produk unggulannya perekonomiannya cukup menggeliat sejak dinyatakan sebagai propinsi. Hal ini saya pikir tidak lepas dari peran Fadel, yang merupakan pengusaha dan tokoh politik dengan link dan jaringan cukup luas di tingkat nasional.

Kami tiba di kantor Bappeda pada pukul 14.30 dimana kami sudah ditunggu oleh Kepala Bappeda dan undangan dari dinas-dinas terkait.

Pertemuan diawali paparan oleh Kepala Bappeda Gorontalo, dilanjutkan oleh Pak HMD dan SHM. (materi dan tujuan kami ke Gorontalo saya pikir tidak begitu menarik untuk dicatat disini). Setelah selesai paparan dan tanya jawab yang cukup panjang, akhirnya kami bisa juga keluar dari pertemuan sekitar pukup 16.30. Kami sempat berfoto di lobi kantor gubernur yang memiliki view yang sangat bagus ke arah danau limboto. Setelah selesai berfoto dan mengambil video, kami kembali ke hotel untuk istirahat.

Sampai hotel saya sempat tidur sebentar, kemudian mandi dan duduk-duduk diluar hotel. Pak HMD keluar dari kamar dan mengajak makan karena waktu siang makannya tergesa-gesa, sehingga tidak kenyang. Kami menunggu pak SS yang baru dibangunkan,kemudian kami jalan kaki untuk mencari tempat makan di sekitar hotel. Kami makan di RM Sari Laut Mas Joko, dan kami memesan ikan serta cah kangkung dan cumi goreng. Habis makan kami kembali ke hotel untuk mengganti sepatu dengan sandal, kemudian kami naik bentor untuk jalan-jalan. (Bentor : kendaraan becak bermotor, dimana motor biasa tetapi roda depannya diganti dengan tempat duduk penumpang).Awalnya kami mencari durian dan makan hingga kenyang di dekat perapatan Gelael. Setelah itu kami jalan-jalan menggunakan bentor ke arah pantai. Kami tidak begitu mengenal daerah ini karena kami semua baru pertama kali ke Gorontalo. Kami dibawa oleh pengemudi Bentor kearah pelabuhan. Ternyata lokasinya cukup temaram dan banyak pasangan-pasangan pacaran diwarung-warung minuman dan jagung bakar. Bahkan beberapa warungnya kami liat menyediakan fasilitas karaoke. Setelah kami menghirup udara pantai sambil melihat view pelabuhan Gorontalo, kami kembali ke hotel, karena sudah mulai dingin dan angin cukup kencang. Selain itu, kami juga kurang tiduk karena berangkat dari Jakarta sangat pagi (jam 3 pagi sudah berangkat dari rumah).

Sampai di hotel, saya sempat menonton beberapa acara TV sebelum akhirnya tidur pada pukul 24.00 (Wita, jam 23.00 waktu Jakarta).

Hari kedua (15 Peb) di Gorontalo tim kami pecah 3, saya dan SS meninjau solar sel yang dipasang BPPT, HMD,ER, YS ke PLN dan MJ ke BPS. Saya dan SS ditemani oleh staf Dinas Pertambangan dan Enegi dan seorang rekanan/kontraktor untuk meninjau PLTS di 2 dusun di Kabupaten Gorontalo.
Perjalanan kami cukup panjang juga, butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke lokasi. Sesampai di lokasi kami dibawa untuk melakukan wawancara dengan penduduk penerima PLTS. PLTS yang ada baru dipasang 2 bulan. Di lokasi yang kami kunjungi terdapat 2 dusun yang dipasang PLTS masing-masing 50 unit. Masyarakat yang dipasang PLTS adalah masyarakat tidak mampu yang rumahnya terletak jauh di gunung (kira-kira 5 km dari jalan raya) dan belum ada jaringan PLN. Beberapa penduduk yang kami temui berbicara dengan bahasa daerah, dan pak kontraktor yang menerjemahkannya. Pada umumnya penduduk cukup puas dengan PLTS yang dipasang dan minta semua warga dipasangi PLTS. Proyek PLTS yang kami kunjungi merupakan kerjasama BPPT dan pemprov. Sistem pengelolaannya adalah melalui kelompok dengan iuran pangkal 50.000 rp dan iuran bulanan 5.000 rupiah. Dibandingkan dengan lampu minyak atau petromaks (1 petromak butuh 2.000 rupiah per hari), maka pemasangan PLTS ini memang tergolong murah. Kapasitas yang terbatas 150 watt telah terpasang 3 titik lampu neon masing-masing 10 watt. Masyarakat telah disosialisasikan dengan cara-cara pemanfaatan teknologi ini dan untuk setiap kelompok akan ada teknisi yang dilatih oleh pemda. Walaupun kecil, usaha ini sangat membantu masyarakat terutama anak-anak untuk dapat belajar dan mengaji pada malam hari. Karena PLTS yang kami kunjungai baru dipasang, kami tidak mendapatkan keluhan ataupun kelemahan dari sistem yang dipasang, kecuali kekurangan dalam hal jumlah dengan permintaan.

Masyarakat didaerah ini umumnya petani (padi) dan pekebun (jagung) kami lihat juga beberapa tanaman kelapa dalam, kopi, dan kebun jati. Walaupun tidak dominan, tetapi tanaman jagung sudah ditanam oleh hampir seluruh masyarakat Gorontalo.

Sebenarnya kami akan melihat PLTS lain, tetapi karena kami janji bertemu pada saat makan siang, maka kami kembali ke Gorontalo jam 11.30. Kami tiba di RM padang dekat Dinas Pertamben jam 13.00. Kami diminta bergabung dengan tim lain yang sedang makan di RM Pondok Indah, tetapi kami sudah terlanjur memesan makanan.

Kami kemudian bergabung dengan Tim lainnya dan kami menjemput pak MJ untuk kunjungan ke Sentra Jagung di Limboto (Kab. Gorontalo). Kami menggunakan 2 mobil. 1 mobil Dinas Pertamben dan 1 mobil PLN. Karena kami harus ke hotel dulu, maka kami tidak bertemu di lokasi yang kami tinjau tetapi setelah kembali dari sentra jagung baru kami bertemu di Kota Limboto (ibukota kab gorontalo) tepatnya dibawah menara. Kami naik menara yang tingginya sekitar 70 meter (menggunakan lift) dan menikmati pemandangan kota dengan latar belakan danau limboto. Turun menara kami menggunakan tangga biasa dan sesampainya di bawah kami membeli duren dan langsat untuk dinikmati ditempat. Setelah puas menikmati duren, kami kembali ke hotel.

Setelah istirahat dan mandi sore, kami makan malam di RM yang menyajikan coto makasar, sop konro dan ikan (RM Pangkep). Cukup lama kami disini menikmati masakan khas Sulsel, termasuk es palubutung. Setelah kenyang kami jalan ke Supermarket Gelael, dan kembali makan duren ditempat kemaren. Selesai makan duren kami mencari-cari kaos gorontalo untuk oleh-oleh tapi tidak menemukan. Kami kembali ke hotel naik bendi sambil melihat-lihat kota. Sesampainya di hotel, kami langsung beristirahat sambil menonton TV. Rencananya kami besok akan mencari oleh-oleh (Pia Gorontalo, mirip bakpia Jogja, hanya lebih besar, berisi coklat, keju, kacang hijau, dll) sebelum ke bandara untuk kembali ke Jakarta.

Pagi sekali saya sudah bangun, ketika keluar di lobi, beberapa teman sudah melakukan lari pagi. Kami bersiap untuk berangkat sambil memesan oleh-oleh disamping hotel. Kami menunggu mobil dari PLN yang akan mengantar ke bandara sambil ngobrol-ngobrol. Dalam perjalanan ke bandara kami mampir di tempat kerajinan tenun tradisional dan membeli oleh-oleh kain dan kerudung tradisional Gorontalo.

1 komentar:

  1. PT.GOLDEN INDAH PRATAMA Menjual Mesin Penyambung Pipa HDPE / Mesin Las HDPE (Butt Fusion Welding Machine) Type SHD ( jenis Hydraulic) Type SHDS ( jenis Manual ), Made in China, Ready Stock. Fitting HDPE Injection Moulding PE100, PN16, SDR11, dan PE100, PN10, SDR17.

    PT.GOLDEN INDAH PRATAMA
    Jl. Raya Otista No. 141 Jakarta Timur 13334 Indonesia.

    MR.IRFAN
    Manager Pemasaran
    HP/WA : 081311353634
    Phone : 0218510691
    Email : penyambungpipa.hdpe@gmail.com
    Website : www.mesinpenyambungpipahdpemurah.com

    BalasHapus