Selasa, 09 Maret 2010

wisata petuangangan dalam raker pat 2010

Raker PAT 2010 telah berlalu... pastilah banyak yang dapat diambil hikmahnya dari sana.
Bagi saya raker PAT yang baru lalu mengingatkan kenangan masa-masa orientasi mahasiwa waktu kuliah di ITB dulu. Bawa ransel isi batu bata, jalan kaki, merayap, jalan jongkok sambil dibentak-bentak, dsb......waktu itu saya bener-bener nggak habis pikir untuk apa hal ini dilakukan ?
Lulus dari ITB saya memimpin TIM survey ke Rawa Pasang Surut di Selatan Palembang. Karena biasa hidup di kota, maka saya sangat senang karena bisa bawa speedboat sendiri, beli udang dan ikan langsung dari nelayan, dimasak dikapal, masuk-masuk daerah rawa yang masih rawan dan eksotis, dsb (datangnya saya merasa seperti crocodile dundee, pulangnya seperti swamp thing). Selain hal yang menyenangkan, ternyata saya juga harus inspeksi (jalan kaki), jalan di titian, diatas gambut/tanah goyang, kadang manjat-manjat (persis monyet), serta harus menghadapi tim surveyor yang biasanya garang-garang. Saat itu saya benar-benar baru merasakan manfaat orientasi mahasiswa dulu....
Ngobrol dengan Kang Dude memang enak, karena dia menguasai medan untuk avonturir di Jawa Barat. Kami sempat berencana untuk melakukan “offroad” dari Jatinangor ke Lembang (Pak Miadji, Pak Kunto, Evi dan Doni sangat berminat). Kalau saya amati, Tim Outbound yang mengawal kita lumayan dalam hal menjual paket-peket wisata yang berbau tantangan. Salah satu paket yang saat ini digemari (termasuk oleh ibu-ibu arisan) di Bandung adalah “off road” menggunakan jeep/land rover, atau rafting. Rute maupun jalur wisata petualangan di Jabar telah teridentifikasi dengan baik. Saya jadi teringat waktu survey dengan teman-teman ke luar jawa-bali. Di Kalbar atau Kaltim misalnya waktu survey ke biro-biro perjalanan, sedikit sekali yang menjual paket wisata petualangan, malah yang dijual wisata ke Kuching (Malaysia) padahal perjalanan ke pedalaman kalimantan sangat menarik dan menantang, saya sempat bermalam di pedalaman kapuas hulu dengan tim pemda kalbar untuk meninjau taman nasional betung karihun di perbatasan dengan Malaysia. Potensi wisata disana sudah didatangi Turis, tetapi yang datang umumnya menginap di Malaysia, obyek wisatanya di Indonesia. Rupanya Malaysia lebih piawai dalam menjual potensi Indonesia dibandingkan masyarakat kita sendiri. Demikian juga waktu saya, Pak Doni dan Pak Miaji survey transport ke kepulauan Maluku dan Maluku Utara bersama-sama dengan Tim Transport, semua potensi wisata yang berlimpah sama sekali belum terkelola dengan baik. Andai saja ada orang-orang seperti Kang Dude, Pak Tri dkk di Papua, Maluku atau Kalimantan.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar