Malinau 17 – 19 April 2007
Perjalanan saya ke Malinau sebenarnya tidak saya rencanakan. Mantan Bos saya dulu, Pak Rofiq yang pada saat catatan ini saya tulis menjabat sebagai Deputi Kawasan Khusus di Kementrian PDT meminta saya ikut dalam perjalanan dinasnya ke Malinau. Kami jalan bertiga :
1. Pak Rofiq
2. Pak Noviar (salah satu Kabid di Kementrian PDT)
3. Saya sendiri (SHM)
Kami berangkat dari Cengkareng menggunakan Mandala sekitar pk.06.00. Bagi saya dan Pak Rofiq, perjalanan ke Malinau via Tarakan ini merupakan nostalgia ketika kami mengerjakan pekerjaan penyusunan Renstra Kabupaten Bulungan bersama Jaizul.
Dalam perjalanan, Pak Rofiq banyak menanyakan perkembangan di BPPT, saya juga ikut menanyakan masalahan PDT, terutama perkembangan mengenai isu di-reshufle-nya Pak Saifullah Yusuf.
Kami tiba di Bandara Tarakan sekitar Pk. 12.00 dan sudah dijemput oleh sekretars Bappeda Malinau (Pak Isnar). Di Bandara kebetulan kami bertemu di Ruang VIP dengan Bupati Malinau dan Pangdam Tanjungpura. Pak Rofiq sempat berbincang dengan kedua pejabat daerah ini. Setelah kedua pejabat daerah ini terbang, kami melanjutkan perjalanan dan mampir makan siang dulu di salah satu restoran Padang.
Kami berangkan dari Tarakan ke Malinau menggunakan speedboat milik Pemda yang berkekuatan 400 PK (2 x 200 PK) melalui pelabuhan tradisional/perusahaan. Dengan kapal bertenaga 400 PK ini, kami tiba sekitar pk. 17.00 (3 jam perjalanan). Saya teringat pengalaman saya ke Malinau 1997 (10 tahun lalu) dan waktu itu kami harus menempuh perjalanan selama 6 jam dari Tarakan ke Malinau. Di perjalanan selain sekretaris Bappeda, kami juga ditemani ajudan Bupati.
Tiba di Malinau kami sudah dijemput oleh Ketua Bappeda (Pak Yusmana, beliau asal Jawa Barat). Turun dari speedboat, kami langsung diantar ke Penginapan yang berada disamping sungai. Kami ngobrol-ngobrol/diskusi sebentar sambil minum kopi dan makan pisang goreng. Hal yang sangat ditekankan oleh pemda adalah pembangunan jalan di perbatasan. Setelah itu kami beristirahat untuk bertemu malam harinya.
Habis magrib, saya keluar kamar dan menonton tv sambil menunggu teman-teman dari Bappeda. Teman-teman Bappeda datang sekitar pk. 8.00, kami makan dan kemudian mendiskusikan permasalahan perbatasan Malinau serta peluang Kementerian PDT untuk membantu pembangunan kawasan ini. Dari diskusi, kelihatannya Pak Rofiq ingin membantu pengadaan piko-hidro dan akan menyelenggarakan seminar interdep di Malinau tahun 2008, sehingga semua sektor dapat ikut membantu Malinau. Teman-teman Bappeda menganggap tahun 2008 terlalu lama dan mengharapkan dapat dilaksanakan tahun 2007. Kami diskusi sambil menonton perjalanan ke perbatasan yang dilakukan oleh Tim Bappeda. Pak Rofiq ijin ke kamar duluan karena ingin menyiapkan pidato besok/sambutan besoknya. Rencananya, besok pertemuan akan diawali oleh sambutan wakil Bupati, paparan Ketua Bappeda dan paparan Pak Rofiq. Saya menyusul kemudian.
Besoknya, kami makan pagi di hotel sambil menikmati aliran sungai yang sedang pasang, rencananya kami akan pulang melalui dermaga hotel. Kami dijemput sekitar pk. 8.30 oleh Ketua Bappeda, diskusi sebentar dan langsung dibawa ke tempat wakil Bupati. Disana kami bertemu dengan Pak Kajari (Pak Sinuraya). Kami bertemu dengan Pak Wabub, ngobrol sebentar kemudian menuju Ruang Seminar. Di Ruang Seminar ternyata pesertanya sangat banyak, semua muspida ditambah dengan para karyawan pemda hadir sehingga ruangan penuh (100-an orang).
Sesuai dengan rencana, Pak Ketua Bappeda memaparkan konsep Gerbang Dema-nya (Gerakan Membangun Desa Mandiri). Setelah itu Pak Rofiq paparan mengenai program PDT dan rencana akan menggelar rakor di Malinau tahun 2008. Selesai Pak Rofiq paparan, diberi kesempatan untuk tanya jawab. Beberapa hal penting dalam wawancara ini adalah :
1. Pak Jalung (asisten 2 Bupati) meminta rakor sebaiknya tahun 2007 saja
2. Dinas Pertambangan dan Energi menanggapi masalah biaya mikrohidro dan piko hidro.
3. Pertanyaan lainnya, terutama pembangunan jalan
Pak Rofiq menjawab pertanyaan dengan sangat politis dan tidak menjanjikan hal-hal diluar kemampuang dan kewenangan Kementrian PDT. Permintaan banyak pihak yang menyangkut diluar kewenangan Kementrian PDT akan dibahas dalam rakor 2008, tetapi Pak Rofiq mengundang Tim Malinau untuk paparan di Jakarta sekitar Bulan Juni-Juli pada rapat Pokja Perbatasan di Jakarta. Selesai rapat, kami harus menunggu Pak Rofiq diwawancarai oleh wartawan sebelum akhirnya kami kembali ke hotel.
Di hotel kami melakukan makan siang dengan Tim Bappeda dan Kejaksaan. Saya banyak ngobrol dengan jaksa-jaksa muda yang baru ditempatkan di Malinau. Selesai makan siang, kami berkemas dan naik speedboat dari dermaga hotel kembali ke Tarakan.
Setiba di Tarakan, kami menginap di Tarakan Plaza. Kami makan malam di RM Bagi Alam, rumah makan yang dulu sering kami singgahi. Setelah makan, kami keliling kota dan kembali ke hotel untuk melakukan diskusi sebelum kembali ke ruang tidur.
Besok paginya, kami berkemas dan siap-siap pulang sambil mampir beli oleh-oleh ikan asin. Pak Yusmana sempat menitipkan booklet Gerbang Dema yang saya pesan.
Kami tiba di Bandara dan menunggu pesawat di ruang VIP, ditemani oleh sekretaris Bappeda dan stafnya. Ternyata istri sekretaris bappeda datang ke Tarakan dari Samarinda menggunakan pesawat yang akan kami naiki ke Jakarta. Kami pulang ke Jakarta dan saya naik bis pulang. Seperti biasa, saya naik bis sampai slipi, kemudian ganti Taxi ke Tomang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar