Kamis, 17 Januari 2013

Model Peningkatan Daya Beli Masyarakat

PENYUSUNAN SKENARIO UNTUK MENINGKATKAN DAYA BELI KOTA BEKASI

1.       Latar Belakang
Kota Bekasi telah tumbuh menjadi kota yang maju dan mandiri dengan laju pertumbuhan ekonomi 5 tahun terakhir ini adalah sekitar 4 – 6 persen per tahun. PDRB tahun 2010 sekitar 36 trilyun rupiah atas dasar harga berlaku atau 15,5 trilyun rupiah atas dasar harga konstan.
Struktur perekonomian Kota Bekasi didominasi oleh kegiatan industri pengolahan (42,30 persen), perdagangan hotel dan restauran ( 28,44 %), komunikasi dan angkutan (10,02 persen) serta jasa-jasa (6,5 persen) sedangkan sektor lain hanya menyumbangkan kurang dari 5 persen.
Sektor-sektor yang proporsi ekonominya besar terhadap PDRB sayangnya pertumbuhannya tidak terlalu tinggi. Industru pertumbuhannya hanya sekitar 3,17 persen, perdagangan hotel dan retauran tumbuh sekitar 6,29 persen sedangkan komunikasi dan angkutan tumbuh 13,49 persen. Sementara pertumbuhan sektor tertinggi ada pada sektor komunikasi dan angkutan (14,49 %) siikuti oleh Listrik, Gas dan Air Bersih (11,57 %) serta keuangan jasa dan persewaan (8,55 %) dan jasa-jasa (8,03 %). Melihat struktur ekonominya, ciri perkotaan sangat terlihat, dengan sektor jasa akan menyusul sektor industri   dan akan menjadi andalan dimasa depan.
PDRB per kapita adalah sekitar 15,5 juta rupiah (ADHB) atau sekitar 6,6 juta rupiah ADHK 2000), dengan pertumbuhan 2,61 persen (2010).
Jika melihat nilai ekspor dan impor, rata-rata expor 5 tahun terakhir adalah sekitar 7,66 persen dari PDRB sedangkan nilai impornya sekitar 1,83 persen dari PDRB. Lebih dari 80 persen ekspor dan impor dilakukan untuk sektor industri. Pertumbuhan ekspor rata-rata 5 tahun terakhir adalah sekitar 23,06 persen sedangkan pertumbuhan impornya adalah sebesar 16,12 persen, dimana surplus ekspor tahun 2010 sekitar 2,5 trilyun rupiah dengan rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 1,75 trilyun rupiah.
Tingkat pengangguran terbuka di Kota Bekasi adalah 12,1 persen (123.065 orang) dari total angkatan kerja (1.015.941 orang) sedangkan angkatan kerja merupakan 44 persen dari jumlah penduduk.
Faktor pembentuk IPM yang pengaruhnya besar terhadap komponen IPM lainnya adalah daya beli. Daya beli ini sangat mempengaruhi tingkat pendidikan, kesehatan, maupun kondisi lingkungan sekitar rumah tinggal. Indeks daya beli masyarakatnya Kota Bekasi sebenarnya cukup tinggi jika diranking se Jawa Barat menduduki urutan 4 dari 26 Kabupaten/Kota, yaitu setelah Kota Depok, Kota Cirebon dan Kota Bogor. Usaha untuk meningkatkan daya beli masyarakat pada akhirnya akan meningkatkan komponen-komponen IPM lainnya, sehingga simulasi yang akan dilakukan akan dititik beratkan untuk meningkatkan daya beli.

2.       Keterkaitan Model Ekonomi dengan Daya Beli
Pada Causal Loop Diagram berikut akan diperlihatkan keterkaitan antara Model Ekonomi dan Daya Beli untuk menyusun berbagai alternatif skenario peningkatan Daya Beli Masyarakat.

Gambar 1. Causal Loop Diagram Model Ekonomi
Kebijakan Meningkatkan Permintaan
Dari Causal Loop diatas kita dapat lihat bahwa aktivitas ekonomi merupakan loop positif yang akan mengakumulasikan pertumbuhan secara terus menerus jika tidak ada kendala sumberdaya dan kapasitas produksi. Dari diagram diatas terlihat bahwa Adanya Permintaan akan mendorong suatu wilayah untuk memenuhinya, sehingga jika ada suatu kebijakan untuk meningkatkan permintaan suatu wilayah, maka akan mendorong output suatu wilayah yang bersangkutan, sehingga meningkatkan permintaan merupakan salah satu skenario untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Dalam mensimulasikan permintaan (akhir) yang terdiri dari Konsumsi, Belanja Pemerintah, Investasi dan Ekspor, umumnya faktor yang mudah didorong untuk dipercepat pertumbuhannya adalah investasi dan ekspor, sebab Belanja Pemerintah atau Konsumsi sangat berpengaruh pada kapasitas keuangan baik pemerintah maupun masyarakat yang tidak dapat secara serta merta dinaikkan. Dengan menskenariokan sejumlah kebijakan untuk menstimulus investasi dan ekspor, maka diharapkan Total Permintaan akan meningkat yang akan mendorong wilayah untuk berproduksi untuk memenuhi permintaan tersebut. 
Kebijakan Substitusi Impor
Walaupun demikian, tidak semua permintaan dapat dipenuhi oleh Output Domestik, sehingga kita harus mengimpor. Kadang kala, impor juga dilakukan karena produk lokal belum ada, atau kalah bersaing dalam hal kualitas. Untuk meningkatkan Output Domestik, salah satu caranya adalah dengan kebijakan substitusi impor. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan mentargetkan substitusi beberapa produk yang saat ini masih diimpor, dan mampu mendorong penciptaan lapangan kerja baru.
Output = Output Domestik + Impor
Output domestik yang dihasilkan terdiri dari komponen-komponen :
·         Input Antara : Input Produksi dari Sektor Lain
·         Nilai Tambah : Pertambahan Nilai yang diperoleh suatu wilayah yang terdiri dari Gaji Upah, Surplus Usaha, Pajak Tidak Langsung, dan subsidi

Kebijakan Meningkatkan Kapasitas Produksi
Output domestik yang diharapkan mampu untuk dipenuhi oleh suatu wilayah dengan pertumbuhan yang terus meningkat akan dibatasi oleh batasan-batasan ketersediaan sumber daya yang ada seperti lahan dan sumberdaya alam lainnya. Keterbatasan-keterbatasan ini harus diatasi dengan sejumlah investasi di bidang sumberdaya manusia dan teknologi sehingga mampu mengatasi kendala sumberdaya alam dan lahan yang ada secara bertahap, berkelanjutan dan dipersiapkan sebelum terjadinya krisis sumberdaya yang akan terjadi kemudian.
Kebijakan Meningkatkan Upah Minimum
Kebijaka meningkatkan Upah Minimum merupakan cara langsung untuk meningkatkan pendapatan pekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan daya beinya. Kebijakan ini harus dilakukan hati-hati, karena jika tidak ada peningkatan Output, maka menaikkan upah akan berakibat pada PHK yang akan menambah jumlah pengangguran. Peningkatan Upah Minimum sebaiknya dilakukan jika kondisi pertumbuhan ekonomi cukup baik. Kebijaka meningkatkan upah minimum yang dilakukan saat ini belum pada taraf meningkatkan daya beli, tetapi masih untuk menyelamatkan daya beli pekerja yang ada supaya tidak menurun.
 Kebijakan Memberikan Jaminan Sosial (Bagi Para Pencari Kerja)
Adakalanya pada masa-masa krisis atau jumlah pengangguran begitu tinggi, maka perlu dilakuka penyelamatan bagi golongan-golongan masyarakat miskin dengan memberikan Jaminan Sosial. Dampak memberikan jaminan masyarakat miskin dan pengangguran ini memang tidak begitu kelihatan jika dilihat dari kacamata pertumbuhan ekonomi, tetapi dari aspek pemerataan dapat membantu daya beli masyarakat terbawah, khususnya dimasa-masa krisis, atau pada saat inflasi terjadi sangat tinggi (misal akibat kenaikan BBM).

3.       Pemodelan dalam Powersim
Model yang disusun merupakan pengembangan model ekonomi yang berbasis pada Model Input Output, dimana pada model ini khusus membicarakan masalah pertumbuhan ekonomi serta skenario untuk  menngkatkan daya beli masyarakat. Model ini dapat dihubungkan dengan model lain seperti model  penduduk, sosial, lingkungan atau model-model yang berbasis ruang.
Causal Loop Diagram
Pada tahap awal penyusunan model, dibangun suatu diagram Causal Loop yang memperlihatkan struktur keterkaitan aspek atau variabel yang berpengaruh dalam menghasilkan suatu kejadian atau fenomena, dimana dalam metode sistem dinamis ini struktur yang memperlihatkan keterkaitan masing-masing aspek sangat menentukan dinamika berbagai fenomena yang terjadi.
 Dari gambar Causal loop diatas terlihat bahwa kebijakan unuk meningkatkan  permintaan (konsumsi, investasi, Belanja Pemerintah, Ekspor dan Impor) akan mendorong Output Produksi suatu wilayah, dimana output yang terjadi belum tentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam pemodelan sistem dinamis ini memang selalu dibedakan antara “yang diinginkan” dengan “yang aktual” .
Skenario Permintaan (FD yang diinginkan) dapat dihitung Output yang diinginkan dengan rumus :
O i = [I-A]-1.FD i,
Dimana :
O i = Output yang diinginkan
I = Matrik Identitas
A = Matrik Input Output
FD i = Permintaan Akhir yang diinginkan
Adanya faktor A menandakan bahwa permintaan untuk satu sektor, akan mendorong produksi di sektor lain, dimana keterkaitannya tergambar melalui matrik A
Permintaan akhir yang diinginkan dapat dihitung dengan rumus :
FD i = Ci + Ii + G i+ Xi + Si
Dimana :
Ci = Konsumsi yang diinginkan
Ii = Investasi yang diinginkan
Gi = Belanja Pemerintah yang diinginkan
Xi = Ekspor yang diinginkan
Si = Perubahan Stok yang diinginkan
Dalam menyusun skenario untuk mengubah FD, maka variabel yang sering diubah-ubah adalah Investasi dan Ekspor, sedangkan Konsumsi, Belanja Pemerintah, dan Perubahan Stok umunya mengikuti perkembangan pertumbuhan PDRB serta pertumbuhan penduduk.
Output yang  dihasilkan wilayah yang bersangkutan (Output Domestik) yang diinginkan adalah :
Od i = Oi – Mi
Dimana :
Odi =Output Domestik yang diinginkan
Mi = Impor yang diinginkan
Kebijakan Impor diskenariokan untuk meningkatkan produksi dalam negeri seperti TKDN (Total Kandungan Dalam Negeri), jadi jika impor diperkecil, diharapkan Output Domestiknya meningkat.
Output domestik yang diinginkan akan terealisir jika :
-          Kapasitas produksi memungkinkan (SDM, Kapital, Teknologi)
-          Kapasitas lingkungan memenuhi (Tidak ada kendala SDA, Lingkungan, Infrastruktur, Ruang)
Oleh karena itu Pemerintah (Daerah) perlu meningkatkan program-program seperti :
-          Peningkatan SDM
-          Peningkatan Iptek Sistem Produksi
-          Pengelolaan SDA, lingkungan, sar prasarana dan ruang
Secara optimal dan berkelanjutan, sebab kalau tidak, pada masa tertentu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi yang sangat dibutuhkan bagi penciptaan lapangan kerja baru.
Output domesti yang diinginkan ini setelah terkoreksi dengan batasan-batasan kapasitas produksi dan efek (pengaruh) sumberdaya alam, lahan, lingkungan dan infrastruktur maka akan menjadi Output Domestik yang dapat disiapkan oleh wilayah yang bersangkutan.
Od = Odi *(efek kapasitas produksi)*(efek kapasitas lingkungan)
Untuk menghitung pengaruh efek-efek tersebut dapat disusun model tersendiri, namun jika dirasakan kapasitas produksi masih mencukupi, maka efek kapasitas produksi dan lingkungan dapat diabaikan dulu atau nilainya =1.
Output Domestik sendiri, terdiri dari Input Antara dan Nilai Tambah
Od = IA + NT
Dimana :
IA = Input Antara = Input Produksi dari Sektor Lain, diperoleh dari tabel transaksi IO
NT = Nilai Tambah = Pertambahan Nilai yang diperoleh suatu wilayah yang terdiri dari Gaji Upah, Surplus Usaha, Pajak Tidak Langsung, dan subsidi
Dari proporsi hasil survey IO, maka dapat dihitung Gaji Upah yang akan berpengaruh pada besarnya Daya Beli Masyarakat. Jadi dengan meningkatnya Od maka NT akan meningkat sehingga Gaji Upah juga akan meningkat.
Untuk meningkatkan Daya Beli, maka selain memperbaiki pertumbuhan ekonomi secara makro, juga dapat dilakukan melalui peningkatan upah minimum dan pemberian bantuan atau jaminan sosial.
Hasil pemodelan menggunakan sistem dinamis (Powersim 8) dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 2. Gambar Model Sistem Dinamis pada Aplikasi Powersim 8
Untuk mempermudah proses simulasi, maka input data dapat dilakukan menggunakan file Excel seperti pada gambar berikut.

Gambr 3. Input Model Menggunakan File Excell
4.       Validasi Model
Untuk menvalidasi model sistem dinamis banyak langkah yang harus dilakukan, tetapi beberapa langkah validasi sudah dilakukan secara implisit pada tahap pemodel membangun program sistem dinamis-nya. Tahapan validasi yang secara eksplisit sering dilakukan adalah :
a.       Validasi terhadap struktur model : struktur model dalam bentuk CLD divalidasi melalui proses FGD untuk mendapatkan masukan dari para pakar tentang struktur model yang disusun. Dari FGD yang dilakukan, seringkali diperoleh masukan untuk menambah aspek dan variabel baru. Banyaknya aspek dan variabel dalam pemodelan tidaklah menjamin model lebih valid atau akurat, sehingga aspek dan variabel baru yang akan dimasukkan seyogyanya dipilih yang benar-benar diperlukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b.      Validasi terhadap hasil simulasi dengan membandingkan hasil simulasi dengan data historis yang ada, dilakukan untuk beberapa data yang tersedia data historisnya. Dalam pemodelan sistem dinamis ini, umumnya validasi berdasarkan data historis tidak ada masalah, karena data historis ini dalam menyusun model sistem dinamis merupakan salah satu “tools” dalam melakukan pemahaman terhadap struktur dan fenomena yang terjadi, sehingga hasilnya pada umumnya akan baik. Kecuali jika ada kesalahan data, dimana perilaku sesungguhya jauh menyimpang dari data yang tercatat, maka pada umumnya pemodel sistem dinamis lebih memilih untuk mengikuti perilaku nyata daripada mengikuti data. 

5.       Skenario Kebijakan
Skenario Kebijakan yang akan dicoba pada model ini :
a.       Skenario (0) Bussiness as Usual
Skenario ini menghitung kondisi berdasarkan trend yang ada.
b.      Skenario (1) Investasi
Pada skenario ini dilakukan perubahan
-          Pertumbuhan investasi naik 10 %
c.       Skenario (2) Substitusi Impor
Pada skenario ini dilakukan perubahan
-          Substitusi impor sebesar 50 %
d.      Skenario (3) Kenaikan Upah
Pada skenario ini dilakukan perubahan :
-          kenaikan upah sebesar 20 persen
e.      Skenario (4) Tunjangan Sosial
Pada skenario ini dilakukan perubahan :
-          Pemberian tinjangan kepada angkatan kerja yang tidak bekerja sebesar 4 juta rupiah/orang/tahun
Kalau ditabelkan, simulasi skenario yang dibangun adalah sebagai berikut :
Skenario
Nama
Parameter
Keterangan 
0
Bussiness as Usual
-
Mengikuti trend
1
Investasi
Pert Invest
Pertumbuhan Investasi 10 %
2
Substitusi Impor
Substi Impor
Impor diturunkan 50 %
3.
Kenaikan Upah
Kenaikan Upah
Upah dinaikkan 20 %
4.
Tunjangan Sosial
Tunj Sos
Diberikan Tunjangan Sosial sebesar 4 juta per tahun

Hasil simulasi dapat dikirim ke file Excell sebagaimana contoh berikut

Gambar 4. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan