PENYUSUNAN SKENARIO UNTUK MENINGKATKAN DAYA BELI KOTA BEKASI
1. Latar Belakang
Kota Bekasi telah
tumbuh menjadi kota yang maju dan mandiri dengan laju pertumbuhan ekonomi 5
tahun terakhir ini adalah sekitar 4 – 6 persen per tahun. PDRB tahun 2010
sekitar 36 trilyun rupiah atas dasar harga berlaku atau 15,5 trilyun rupiah
atas dasar harga konstan.
Struktur perekonomian
Kota Bekasi didominasi oleh kegiatan industri pengolahan (42,30 persen),
perdagangan hotel dan restauran ( 28,44 %), komunikasi dan angkutan (10,02
persen) serta jasa-jasa (6,5 persen) sedangkan sektor lain hanya menyumbangkan
kurang dari 5 persen.
Sektor-sektor yang
proporsi ekonominya besar terhadap PDRB sayangnya pertumbuhannya tidak terlalu
tinggi. Industru pertumbuhannya hanya sekitar 3,17 persen, perdagangan hotel
dan retauran tumbuh sekitar 6,29 persen sedangkan komunikasi dan angkutan
tumbuh 13,49 persen. Sementara pertumbuhan sektor tertinggi ada pada sektor
komunikasi dan angkutan (14,49 %) siikuti oleh Listrik, Gas dan Air Bersih
(11,57 %) serta keuangan jasa dan persewaan (8,55 %) dan jasa-jasa (8,03 %). Melihat
struktur ekonominya, ciri perkotaan sangat terlihat, dengan sektor jasa akan
menyusul sektor industri dan akan
menjadi andalan dimasa depan.
PDRB per kapita adalah
sekitar 15,5 juta rupiah (ADHB) atau sekitar 6,6 juta rupiah ADHK 2000), dengan
pertumbuhan 2,61 persen (2010).
Jika melihat nilai
ekspor dan impor, rata-rata expor 5 tahun terakhir adalah sekitar 7,66 persen
dari PDRB sedangkan nilai impornya sekitar 1,83 persen dari PDRB. Lebih dari 80
persen ekspor dan impor dilakukan untuk sektor industri. Pertumbuhan ekspor
rata-rata 5 tahun terakhir adalah sekitar 23,06 persen sedangkan pertumbuhan
impornya adalah sebesar 16,12 persen, dimana surplus ekspor tahun 2010 sekitar
2,5 trilyun rupiah dengan rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 1,75 trilyun rupiah.
Tingkat pengangguran
terbuka di Kota Bekasi adalah 12,1 persen (123.065 orang) dari total angkatan
kerja (1.015.941 orang) sedangkan angkatan kerja merupakan 44 persen dari
jumlah penduduk.
Faktor pembentuk IPM
yang pengaruhnya besar terhadap komponen IPM lainnya adalah daya beli. Daya
beli ini sangat mempengaruhi tingkat pendidikan, kesehatan, maupun kondisi
lingkungan sekitar rumah tinggal. Indeks daya beli masyarakatnya Kota Bekasi
sebenarnya cukup tinggi jika diranking se Jawa Barat menduduki urutan 4 dari 26
Kabupaten/Kota, yaitu setelah Kota Depok, Kota Cirebon dan Kota Bogor. Usaha
untuk meningkatkan daya beli masyarakat pada akhirnya akan meningkatkan
komponen-komponen IPM lainnya, sehingga simulasi yang akan dilakukan akan
dititik beratkan untuk meningkatkan daya beli.
2.
Keterkaitan Model Ekonomi dengan Daya Beli
Pada Causal Loop Diagram berikut akan
diperlihatkan keterkaitan antara Model Ekonomi dan Daya Beli untuk menyusun
berbagai alternatif skenario peningkatan Daya Beli Masyarakat.
Gambar 1. Causal
Loop Diagram Model Ekonomi
Kebijakan
Meningkatkan Permintaan
Dari Causal Loop diatas kita dapat lihat bahwa
aktivitas ekonomi merupakan loop positif yang akan mengakumulasikan pertumbuhan
secara terus menerus jika tidak ada kendala sumberdaya dan kapasitas produksi.
Dari diagram diatas terlihat bahwa Adanya Permintaan akan mendorong suatu
wilayah untuk memenuhinya, sehingga jika ada suatu kebijakan untuk meningkatkan
permintaan suatu wilayah, maka akan mendorong output suatu wilayah yang
bersangkutan, sehingga meningkatkan permintaan merupakan salah satu skenario
untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Dalam mensimulasikan permintaan
(akhir) yang terdiri dari Konsumsi, Belanja Pemerintah, Investasi dan Ekspor,
umumnya faktor yang mudah didorong untuk dipercepat pertumbuhannya adalah
investasi dan ekspor, sebab Belanja Pemerintah atau Konsumsi sangat berpengaruh
pada kapasitas keuangan baik pemerintah maupun masyarakat yang tidak dapat
secara serta merta dinaikkan. Dengan menskenariokan sejumlah kebijakan untuk
menstimulus investasi dan ekspor, maka diharapkan Total Permintaan akan
meningkat yang akan mendorong wilayah untuk berproduksi untuk memenuhi
permintaan tersebut.
Kebijakan
Substitusi Impor
Walaupun demikian, tidak semua permintaan dapat
dipenuhi oleh Output Domestik, sehingga kita harus mengimpor. Kadang kala,
impor juga dilakukan karena produk lokal belum ada, atau kalah bersaing dalam
hal kualitas. Untuk meningkatkan Output Domestik, salah satu caranya adalah
dengan kebijakan substitusi impor. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan
mentargetkan substitusi beberapa produk yang saat ini masih diimpor, dan mampu
mendorong penciptaan lapangan kerja baru.
Output = Output Domestik + Impor
Output domestik yang dihasilkan terdiri dari
komponen-komponen :
·
Input Antara
: Input Produksi dari Sektor Lain
·
Nilai Tambah
: Pertambahan Nilai yang diperoleh suatu wilayah yang terdiri dari Gaji Upah,
Surplus Usaha, Pajak Tidak Langsung, dan subsidi
Kebijakan
Meningkatkan Kapasitas Produksi
Output domestik yang diharapkan mampu untuk
dipenuhi oleh suatu wilayah dengan pertumbuhan yang terus meningkat akan
dibatasi oleh batasan-batasan ketersediaan sumber daya yang ada seperti lahan
dan sumberdaya alam lainnya. Keterbatasan-keterbatasan ini harus diatasi dengan
sejumlah investasi di bidang sumberdaya manusia dan teknologi sehingga mampu
mengatasi kendala sumberdaya alam dan lahan yang ada secara bertahap,
berkelanjutan dan dipersiapkan sebelum terjadinya krisis sumberdaya yang akan
terjadi kemudian.
Kebijakan
Meningkatkan Upah Minimum
Kebijaka meningkatkan
Upah Minimum merupakan cara langsung untuk meningkatkan pendapatan pekerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan daya beinya. Kebijakan ini harus dilakukan
hati-hati, karena jika tidak ada peningkatan Output, maka menaikkan upah akan
berakibat pada PHK yang akan menambah jumlah pengangguran. Peningkatan Upah
Minimum sebaiknya dilakukan jika kondisi pertumbuhan ekonomi cukup baik.
Kebijaka meningkatkan upah minimum yang dilakukan saat ini belum pada taraf
meningkatkan daya beli, tetapi masih untuk menyelamatkan daya beli pekerja yang
ada supaya tidak menurun.
Kebijakan
Memberikan Jaminan Sosial (Bagi Para Pencari Kerja)
Adakalanya pada
masa-masa krisis atau jumlah pengangguran begitu tinggi, maka perlu dilakuka
penyelamatan bagi golongan-golongan masyarakat miskin dengan memberikan Jaminan
Sosial. Dampak memberikan jaminan masyarakat miskin dan pengangguran ini memang
tidak begitu kelihatan jika dilihat dari kacamata pertumbuhan ekonomi, tetapi
dari aspek pemerataan dapat membantu daya beli masyarakat terbawah, khususnya
dimasa-masa krisis, atau pada saat inflasi terjadi sangat tinggi (misal akibat
kenaikan BBM).
3.
Pemodelan dalam Powersim
Model yang disusun merupakan pengembangan model
ekonomi yang berbasis pada Model Input Output, dimana pada model ini khusus
membicarakan masalah pertumbuhan ekonomi serta skenario untuk menngkatkan daya beli masyarakat. Model ini
dapat dihubungkan dengan model lain seperti model penduduk, sosial, lingkungan atau model-model
yang berbasis ruang.
Causal
Loop Diagram
Pada tahap awal penyusunan model, dibangun suatu
diagram Causal Loop yang memperlihatkan struktur keterkaitan aspek atau variabel
yang berpengaruh dalam menghasilkan suatu kejadian atau fenomena, dimana dalam
metode sistem dinamis ini struktur yang memperlihatkan keterkaitan
masing-masing aspek sangat menentukan dinamika berbagai fenomena yang terjadi.
Dari gambar
Causal loop diatas terlihat bahwa kebijakan unuk meningkatkan permintaan (konsumsi, investasi, Belanja
Pemerintah, Ekspor dan Impor) akan mendorong Output Produksi suatu wilayah,
dimana output yang terjadi belum tentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
pemodelan sistem dinamis ini memang selalu dibedakan antara “yang diinginkan”
dengan “yang aktual” .
Skenario Permintaan (FD yang diinginkan) dapat
dihitung Output yang diinginkan dengan rumus :
O i = [I-A]-1.FD i,
Dimana :
O i = Output yang diinginkan
I = Matrik Identitas
A = Matrik Input Output
FD i = Permintaan Akhir yang diinginkan
Adanya faktor A menandakan bahwa permintaan untuk
satu sektor, akan mendorong produksi di sektor lain, dimana keterkaitannya
tergambar melalui matrik A
Permintaan akhir yang diinginkan dapat dihitung
dengan rumus :
FD i = Ci + Ii + G i+ Xi + Si
Dimana :
Ci = Konsumsi yang diinginkan
Ii = Investasi yang diinginkan
Gi = Belanja Pemerintah yang diinginkan
Xi = Ekspor yang diinginkan
Si = Perubahan Stok yang diinginkan
Dalam menyusun skenario untuk mengubah FD, maka
variabel yang sering diubah-ubah adalah Investasi dan Ekspor, sedangkan Konsumsi,
Belanja Pemerintah, dan Perubahan Stok umunya mengikuti perkembangan
pertumbuhan PDRB serta pertumbuhan penduduk.
Output yang
dihasilkan wilayah yang bersangkutan (Output Domestik) yang diinginkan
adalah :
Od i = Oi – Mi
Dimana :
Odi =Output Domestik yang diinginkan
Mi = Impor yang diinginkan
Kebijakan Impor diskenariokan untuk meningkatkan
produksi dalam negeri seperti TKDN (Total Kandungan Dalam Negeri), jadi jika
impor diperkecil, diharapkan Output Domestiknya meningkat.
Output domestik yang diinginkan akan terealisir
jika :
-
Kapasitas
produksi memungkinkan (SDM, Kapital, Teknologi)
-
Kapasitas
lingkungan memenuhi (Tidak ada kendala SDA, Lingkungan, Infrastruktur, Ruang)
Oleh karena itu Pemerintah (Daerah) perlu
meningkatkan program-program seperti :
-
Peningkatan
SDM
-
Peningkatan
Iptek Sistem Produksi
-
Pengelolaan
SDA, lingkungan, sar prasarana dan ruang
Secara optimal dan berkelanjutan, sebab kalau
tidak, pada masa tertentu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi yang sangat
dibutuhkan bagi penciptaan lapangan kerja baru.
Output domesti yang diinginkan ini setelah
terkoreksi dengan batasan-batasan kapasitas produksi dan efek (pengaruh)
sumberdaya alam, lahan, lingkungan dan infrastruktur maka akan menjadi Output
Domestik yang dapat disiapkan oleh wilayah yang bersangkutan.
Od = Odi *(efek kapasitas produksi)*(efek
kapasitas lingkungan)
Untuk menghitung pengaruh efek-efek tersebut dapat
disusun model tersendiri, namun jika dirasakan kapasitas produksi masih
mencukupi, maka efek kapasitas produksi dan lingkungan dapat diabaikan dulu
atau nilainya =1.
Output Domestik sendiri, terdiri dari Input Antara
dan Nilai Tambah
Od = IA + NT
Dimana :
IA = Input Antara =
Input Produksi dari Sektor Lain, diperoleh dari tabel transaksi IO
NT = Nilai Tambah =
Pertambahan Nilai yang diperoleh suatu wilayah yang terdiri dari Gaji Upah,
Surplus Usaha, Pajak Tidak Langsung, dan subsidi
Dari proporsi hasil survey IO, maka dapat dihitung
Gaji Upah yang akan berpengaruh pada besarnya Daya Beli Masyarakat. Jadi dengan
meningkatnya Od maka NT akan meningkat sehingga Gaji Upah juga akan meningkat.
Untuk meningkatkan Daya Beli, maka selain
memperbaiki pertumbuhan ekonomi secara makro, juga dapat dilakukan melalui
peningkatan upah minimum dan pemberian bantuan atau jaminan sosial.
Hasil pemodelan menggunakan sistem dinamis
(Powersim 8) dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.
Gambar Model Sistem Dinamis pada Aplikasi Powersim 8
Untuk mempermudah
proses simulasi, maka input data dapat dilakukan menggunakan file Excel seperti
pada gambar berikut.
Gambr 3. Input Model Menggunakan File Excell
4.
Validasi Model
Untuk menvalidasi model sistem dinamis banyak
langkah yang harus dilakukan, tetapi beberapa langkah validasi sudah dilakukan
secara implisit pada tahap pemodel membangun program sistem dinamis-nya.
Tahapan validasi yang secara eksplisit sering dilakukan adalah :
a.
Validasi
terhadap struktur model : struktur model dalam bentuk CLD divalidasi melalui
proses FGD untuk mendapatkan masukan dari para pakar tentang struktur model
yang disusun. Dari FGD yang dilakukan, seringkali diperoleh masukan untuk
menambah aspek dan variabel baru. Banyaknya aspek dan variabel dalam pemodelan
tidaklah menjamin model lebih valid atau akurat, sehingga aspek dan variabel
baru yang akan dimasukkan seyogyanya dipilih yang benar-benar diperlukan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b.
Validasi
terhadap hasil simulasi dengan membandingkan hasil simulasi dengan data
historis yang ada, dilakukan untuk beberapa data yang tersedia data
historisnya. Dalam pemodelan sistem dinamis ini, umumnya validasi berdasarkan
data historis tidak ada masalah, karena data historis ini dalam menyusun model
sistem dinamis merupakan salah satu “tools” dalam melakukan pemahaman terhadap
struktur dan fenomena yang terjadi, sehingga hasilnya pada umumnya akan baik.
Kecuali jika ada kesalahan data, dimana perilaku sesungguhya jauh menyimpang
dari data yang tercatat, maka pada umumnya pemodel sistem dinamis lebih memilih
untuk mengikuti perilaku nyata daripada mengikuti data.
5.
Skenario Kebijakan
Skenario
Kebijakan yang akan dicoba pada model ini :
a.
Skenario (0) Bussiness
as Usual
Skenario ini menghitung kondisi berdasarkan trend
yang ada.
b.
Skenario (1)
Investasi
Pada skenario ini dilakukan perubahan
-
Pertumbuhan
investasi naik 10 %
c.
Skenario (2)
Substitusi Impor
Pada skenario ini dilakukan perubahan
-
Substitusi
impor sebesar 50 %
d.
Skenario (3)
Kenaikan Upah
Pada skenario ini dilakukan perubahan :
-
kenaikan upah
sebesar 20 persen
e.
Skenario (4)
Tunjangan Sosial
Pada skenario ini dilakukan perubahan :
-
Pemberian
tinjangan kepada angkatan kerja yang tidak bekerja sebesar 4 juta
rupiah/orang/tahun
Kalau ditabelkan,
simulasi skenario yang dibangun adalah sebagai berikut :
Skenario
|
Nama
|
Parameter
|
Keterangan
|
0
|
Bussiness as Usual
|
-
|
Mengikuti trend
|
1
|
Investasi
|
Pert Invest
|
Pertumbuhan Investasi 10 %
|
2
|
Substitusi Impor
|
Substi Impor
|
Impor diturunkan 50 %
|
3.
|
Kenaikan Upah
|
Kenaikan Upah
|
Upah dinaikkan 20 %
|
4.
|
Tunjangan Sosial
|
Tunj Sos
|
Diberikan Tunjangan Sosial sebesar 4 juta per tahun
|
Hasil simulasi dapat
dikirim ke file Excell sebagaimana contoh berikut
Gambar 4. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan
Boleh minta alamat email Bapak? Saya Himawan mahasiswa SGPP yang akan melakukan thesis dengan powersim mengenai upah minimum (faktor penentu upah minimum : produktivitas, lama kerja, pendidikan, waktu kerja) dan Suspensi/penangguhan pembayaran upah minimum. Mohon bimbingan bapak
BalasHapus